Saatnya membersihkan rumah besar-besaran. Spring cleaning, ceritanya. Rumah perlu dibersihkan. Barang-barang 'tak berguna' perlu disingkirkan. Bukan untuk memberi ruang bagi barang lain, tapi memang berniat mengosongkan ruang, supaya lebih banyak udara segar yang bisa masuk ke rumah. Dan nggak (terlalu) pusing kalau mau pindahan nanti ;)
Tumpukan buku, kertas dan berkas itu hasil bebersih rak buku besar di lantai atas. Itu adalah kumpulan catatan kuliah (berapa tahun lalu tuh?), makalah seminar yang sudah kadaluarsa, majalah lama, hingga buku-buku peninggalan bapak yang halamannya sudah menguning. Setiap kali memilah-milah koleksi buku bapak, miris rasanya, seolah harus merelakan harta harun, berupa kenangan akan bapak yang sangat menghargai buku dan ilmu. Tapi hidup harus berlanjut. Kupaksakan diri dan hati untuk menyortir buku-buku yang tak kuperlu.
Entah berapa kilo beratnya tumpukan buku ini -ditambah debunya :p-, tapi lumayan bikin aku bolak-balik 3-4 kali dari lantai atas ke teras depan. "Silakan dilego aja, pak." Ujarku pada pak Aleh, tetangga yang biasa bantu bersih-bersihtaman hutan kecil di depan rumah. Ya, hari ini pak Aleh sekalian membabat tanaman heliconia yang sudah tumbuh teramat rimbun. Sebetulnya, bunga pisang-pisangan yang beruntai dengan warna merah-kuning cerah ini sungguh cantik menghias taman ketika mereka berbunga. Tapi ketika tanaman ini tumbuh semakin rapat, padat, mengambil lahan dan oksigen untuk tumbuhan lainnya. Jadi 'harta karun' yang cantik ini pun harus kurelakan untuk dipangkas secara sporadis. Setelah dibabat dan dirapikan, ah... tamanku jadi terang. Segar.
Sementara itu, di dalam rumah pun aku tak mau kalah ikut bebenah. Kusingsingkan lengan baju, membiarkan jiwa Upik Abu dalam diriku keluar dan melakukan tugasnya. Mencuci pakaian, nyapu-ngepel, cuci piring, masak (haha... masak apaan sih...? Cuma goreng-gorengan aja kok), lalu mandi-keramas. Tapi menunda pekerjaan menyeterika yang memang tak terlalu kusuka :( Istirahat dulu. Menikmati segarnya rumah yang mungkin tak lama lagi akan kutinggalkan. Momen ini kumanfaatkan untuk menoreh kenangan indah di rumah ini. Kenangan akan rumah yang bersih segar. Soal setrikaan yang menggunung? Hmm...bisa kuboyong ke rumah baru nanti :p
Entah berapa kilo beratnya tumpukan buku ini -ditambah debunya :p-, tapi lumayan bikin aku bolak-balik 3-4 kali dari lantai atas ke teras depan. "Silakan dilego aja, pak." Ujarku pada pak Aleh, tetangga yang biasa bantu bersih-bersih
Sementara itu, di dalam rumah pun aku tak mau kalah ikut bebenah. Kusingsingkan lengan baju, membiarkan jiwa Upik Abu dalam diriku keluar dan melakukan tugasnya. Mencuci pakaian, nyapu-ngepel, cuci piring, masak (haha... masak apaan sih...? Cuma goreng-gorengan aja kok), lalu mandi-keramas. Tapi menunda pekerjaan menyeterika yang memang tak terlalu kusuka :( Istirahat dulu. Menikmati segarnya rumah yang mungkin tak lama lagi akan kutinggalkan. Momen ini kumanfaatkan untuk menoreh kenangan indah di rumah ini. Kenangan akan rumah yang bersih segar. Soal setrikaan yang menggunung? Hmm...bisa kuboyong ke rumah baru nanti :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar