Dari lokasi banjir Bandung Selatan tempo hari. Antrian panjang mengular berkilometer jauhnya. Kendaraan -terutama motor- berlomba-lomba untuk berada di antrian terdepan, menghabiskan seluruh badan jalan, hingga arus lalu lintas dari seberang tak bisa lewat. Pertanda jiwa-jiwa egois sedang menguasai jalan raya. Ah... aku tak bisa apa-apa selain pasrah di antrian panjang. Membuka-buka majalah yang kubawa dan membacanya di saat antrian terhenti sama sekali.
Perhatianku terpecah ketika sebuah sedan di depanku, terhalang oleh bus, membuang tissue begitu saja ke jalan. Kuambil kameraku, dan inilah gambarnya.
'Cuma sampah kecil'... begitu mungkin pikirnya. Tissue juga bisa dengan mudah terurai kembali di alam. Antrian bergerak sedikit. Beberapa kendaraan berputar balik. Aku melanjutkan membaca, dan makan camilan yang kubawa. Kuperhatikan lagi, sedan di depan kembali membuang sampah. Plastik, kali ini. Kupotret lagi.
Aku tak habis pikir, apa yang ada di benak si pengendara saat itu. Mobil sedannya tentu bukan mobil murah. Kendaraan itu tentu bisa dibeli jika si pemilik cukup berada, berpunya. Tapi ternyata dia tak cukup mampu untuk membeli sebuah tempat sampah untuk mobilnya, dan memilih untuk membuang sampah begitu saja ke jalanan. Dengan tingkat kemapanan seperti itu, pastinya si empunya kendaraan juga cukup mampu untuk mengenyam bangku pendidikan yang cukup tinggi. Tapi ternyata sikap mentalnya tak setara dengan kualitas kendaraan yang dikemudikannya. Mungkin hanya setara dengan sampah yang dibuangnya semena-mena ke jalanan. Yang dipikirnya (atau tidak dipikirnya) bahwa sampah yang dibuangnya tidak akan punya korelasi maupun kontribusi apapun terhadap banjir yang sedang terjadi saat ini, dan masih akan terjadi di saat mendatang.
Aku berpikir lagi, apa yang salah dengan masyarakat ini, atau dengan pendidikan bangsa ini. Bagaimana mungkin hal kecil berdampak besar seperti ini tidak terintegrasi di dalam hati setiap anggota masyarakat? Satu-dua orang yang melakukannya mungkin tidak akan menimbulkan dampak yang besar. Tapi jika 20% saja pengemudi kendaraan di antrian ini melakukan hal serupa, membuang sampah ke jalan, apa jadinya negeri ini? Banjir akan jadi agenda tetap yang siklusnya makin panjang. Siapa yang dirugikan bila ini terjadi? Ah... bukan hanya mereka korban banjir, tapi kita pun merasakan dampaknya. Minimal tertahan berlama-lama di antrian kendaraan. Sungguh tidak menyenangkan, bukan?
Jadi, mari kita mulai lagi kebiasaan baik yang membawa manfaat bagi banyak orang. Dari satu hal kecil yang kita lakukan, membuang sampah pada tempatnya, semoga membawa kebaikan yang besar bagi banyak orang. Ayo, mulai dari kita sendiri. Mulai saat ini, jangan lagi membuang sampah sembarangan, tapi kita buang sampah pada tempatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar