Halaman rumahku ditumbuhi banyak tanaman. Rimbun sih... tapi karena akunya pemalesan merawat tanaman, jadilah rimbun halaman rumah itu lebih mirip hutan lindung daripada taman depan rumah. Sebetulnya senang deh punya banyak tanaman di halaman rumah. Selain pohon buah yang menghasilkan buah di musimnya, banyak juga tanaman bunga yang jadi penyejuk mata dan memanjakan indra penciuman saat bunganya bermekaran.
Tapi tanaman satu ini memang sempat bikin naik darah. Lagi. Dulu sempat tumbuh dan merambat ke mana-mana, lalu kubabat habis sampai akarnya. Rasanya... Tapi rupanya tanaman markisa kuning (passiflora flavicarva) yang tumbuh di halaman depan ini bandel juga ya. Dia tumbuh lagi, walaupun tak kutahu kapan kami pernah menanamnya. Dia tumbuh begitu saja tanpa perawatan khusus, dan merambat ke mana-mana dengan daya cengkeram gerakan tigmotropis dari sulur-sulurnya. Dia merambat dan mencengkeram dahan dan ranting delima di dekatnya, lalu berlanjut ke pagar hingga genting yang sulit dijangkau. Sementara di ujung yang lain dia merambat ke tanaman anggrek bahkan dengan semena-mena dia membelit daun-daun suplir yang tak berdaya.
Selama beberapa bulan, kondisi demikian sempat kubiarkan, karena kutahu dia akan berbuah cukup lebat nantinya. Bunganya yang cantik sempat jadi penghiburku juga. Kelopak bunganya yang hijau muda terlihat kontras dengan semburat ungu tua di bagian tengahnya. Ditambah dengan paduan putik dan benang sari yang membentuk lingkaran, bunga ini terlihat sangat cantik saat mekar sempurna. Setelah itu, buahnya mulai bermunculan satu persatu. Bentuknya yang berupa lonjongan mulus sebesar kepalan tangan dengan warna kuning cerah cukup menarik minat. Aku sendiri tak begitu suka, karena bijinya yang begitu banyak, merepotkan diri sendiri saat hendak mengkonsumsinya.
Sesekali, kubawa buah markisa ini ke sekolah, kutawarkan pada teman-teman guru, dan banyak saja peminatnya. Sebetulnya kalau mau repot sedikit, dengan memprosesnya dengan blender, lalu dicampur minuman soda dan es batu, wah... pasti segar sekali. Rasanya yang asam segar pasti bisa jadi penawar dahaga di hari panas. Tapi silakan saja kalau teman-teman mau. Aku sih males repot-repot begitu. Tapi kalau sirup markisa, aku sih suka. :)
Kembali ke pohon Markisa di depan rumah, akhirnya kupangkas juga ketika sulurnya sudah merambat ke mana-mana. Kerja bakti beberapa jam untuk membersihkan halaman depan rumah cukup membuahkan hasil. Teras depan rumah terlihat lebih terang karena cahaya matahari tidak terhalang daun-daun rimbunnya. Kutunggu beberapa hari ini sampai buah-buahnya matang dan bisa dipanen. Ahhay... dipanen? Padahal buahnya tidak matang serempak. Ya sudahlah, aku tunggu buahnya matang satu-satu, petik dan bagikan pada yang mau, setelah itu kupangkas habis sampai ke akarnya ya. Nanti tak ada ampun bagimu. Aku males ngolah kamu satu-satu, lebih baik beli sirupnya aja deh. :p
NOTE:
Markisa, punya kampung halaman nun jauh di daerah tropis dan sub tropis di Amerika. Buah ini kemudian menyebar ke berbagai tempat di dunia dan mempunyai beragam nama. Sebagai contoh, di Portugis buah ini dikenal dengan nama maracujá, sedangkan Inggris menyebutnya dengan Passion Fruit. Di tempat asalnya, buah ini disebut dengan nama Granadilla, sedangkan di Israel buah ini dinamai sesuai keluarganya, Pasiflora. Di Hawaii, lain lagi namanya, yaitu Lilikoʻi, sedangkan di Indonesia kita kenal buah ini sebagai markisa.
Ada tiga jenis markisa di Indonesia, yaitu markisa ungu (Passiflora edulis) yang biasa diolah menjadi sirup, markisa kuning (Passiflora flavicarva) yang ukurannya relatif lebih besar dibanding markisa ungu, pun lebih asam, dan ada varian markisa lain yang rasanya justru manis. Di Jawa Barat dikenal dengan nama konyal (Passiflora ligularis) dan biasa dimakan begitu saja.
Buah markisa mengandung banyak vitamin A, C, dan K serta memiliki kandungan fosfor, besi, dan kalium. Pendek kata, ini buah yang baik untuk kesehatan. tapi tetap saja, malas betul aku untuk mengunyah biji-bijinya yang begitu banyak . Jadi, sekali lagi, mari beli sirupnya saja.