Bukan hanya sekali, sudah berkali-kali kulihat fenomena orang-orang membuang sampah sembarangan ke jalan. Dan tidak jarang, kegiatan itu dilakukan oleh orang-orang terpelajar berkantong tebal. Aku yakin. Buktinya, banyak di antara mereka mengendarai mobil mewah. Ini adalah indikator yang menunjukkan bahwa mereka termasuk kalangan berada, bukan? Dan kalangan berada, minimal berpendidikan SMA, atau bahkan kuliah-an. Tapi dengan seenaknya, mereka membuang karcis tol tepat di depan gerbang tol yang baru saja mereka lewati. Satu-dua orang yang membuang sampah, mungkin tak akan terlalu kentara, tapi tentu saja aksi tak terpuji itu akan dengan mudah ditiru oleh orang lain. Kulihat beberapa lembar karcis tol bertebaran di area sekitar gerbang tol. Berkali-kali juga kulihat pengendara mobil mewah membuang karcis tol itu begitu saja. Ironi sekali, bukan? Ketika mereka sanggup menyisihkan sejumlah uang untuk membeli kendaraan mewah tersebut, adakah mereka bisa menyisihkan sebagian uang mereka untuk membeli tempat sampah? Tempatkan di mobil mewah mereka, dan gunakan dengan optimal untuk menyimpan sampah sementara agar tidak dibuang sembarangan ke jalan. Yuk, keep our town beautiful.
Kamis, 29 Juli 2010
Senin, 26 Juli 2010
Langkah Hijau
Orang yang pesimis hanya sering menyalahkan keadaan sehingga ia tidak sukses. Orang optimis dan sukses selalu mencari kesempatan positif yang bisa dikembangkan untuk keperluan banyak orang
(Tung Desem Waringin)
(Tung Desem Waringin)
Bunuh Saja...!
Nggak… aku bukannya kejam mau bunuh-bunuhan. Ini cuma ngomongin listrik aja kok, yang mulai bulan Juli ini naik lagi tarifnya. Listrik… listrik. Jadi perbincangan banyak orang belakangan ini.
Koran Republika beberapa waktu lalu memuat berita tentang tanggapan masyarakat umum -khususnya kelas menengah ke bawah- tentang hal ini. Memangkas konsumsi listrik, jelas akan dilakukan. Olehku juga. Ini nih beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan untuk menghemat energi listrik, dari rumah kita sendiri.
- Lampu, nyalakan ketika hari telah benar-benar gelap, dan segera matikan ketika cahaya pagi sudah menyentuh bumi. Itu kerjaannya kakakku banget deh. Kadang aku mesti meraba-raba untuk ke kamar mandi, soalnya lampu ruang tengah sudah dia matikan pagi-pagi sekali. Tak jarang, dia juga mencuci piring dalam gelap. Hemat listrik, baby...! Tapi maaf-maaf, soal kualitas kebersihan piring yang dicucinya? Aku nggak jamin ya... :p
- TV, nyalakan sekedarnya saja. Mungkin radio yang konsumsi listriknya relatif lebih kecil akan lebih sering dioperasikan dibandingkan TV, atau mungkin malah dimatikan sama sekali. Biasanya aku dengar ceramah pagi di TV, sekarang pindah ke radio lagi, seperi masa kost dulu. Toh aku hanya perlu informasinya, tidak perlu melihat gambarnya. Sambil dengar ceramah atau diskusi keagamaan, aku bisa menyiapkan sarapan, nyeterika, dandan (pake eyeliner kan nggak bisa sambil nonton TV :p
- Menyeterika, yang sebelumnya dengan ringan hati hanya kulakukan ketika berniat mengenakan pakaian tertentu, sekarang polanya harus berubah! Menyeterika sebanyak-banyaknya sekalian, mumpung seterika panas. Tapi ada yang lebih ekstrim lagi. Seorang ibu rumah tangga yang komentarnya dicatat oleh Republika bilang bahwa dia hanya akan menyeterika seragam anak-anak dan baju kerja suaminya saja. Baju-bajunya sendiri, tidak perlu diseterika, katanya. Kusut? Kusut deh… toh cuma dipake di rumah. Wah… ide briliant nih Baju tidurku juga nggak perlu diseterika (rapi-rapi amat) deh, toh nantinya juga bakalan kusut dibawa tidur :p
- Penghematan lainnya? Konsumsi air dioptimalkan dengan adanya toren penampung air. Nyalakan pompa air, optimalkan manfaat pelampung, supaya listrik berhenti secara otomatis ketika toren sudah penuh. Setelah air penuh tersimpan di dalam toren, bisa keluarkan kapan saja di saat perlu. Gunakan air secara berulang. Bisa lho. Misalnya air bekas wudhu, ditampung untuk mengepel rumah. Air cucian beras, ditampung juga, bisa dipakai untuk menyiram tamanan. Hemat kan?
- Peralatan listrik lainnya akan banyak menganggur nih. Aku sendiri sudah lama nggak pakai blender ataupun mixer. Kapan juga aku bikin kue? Jelang Ramadhan dan Idul Fitri nanti? Hm… itu dipikirkan nanti aja deh. Lampu? Kalau tidur, tentu saja dimatikan. Tapi di bulan Ramadhan nanti, perlu penerangan dong untuk menemani saat makan sahur. Belum lagi jika acara Ramadhan di TV begitu serunya. Wah, bakalan gagal nih program pangkas kebutuhan listrik. Bagaimana ini…????
Tapi pada intinya, penghematan energi listrik sangat bisa kita lakukan. Selain mempersedikit frekuensi pemakaiannya, tentu saja ketika peralatan listrik tak dipakai, diharapkan untuk memutus sama sekali kontak dengan sumber listrik. Matikan TV sama sekali, jangan hanya di-set power off karena walaupun sedikit, listrik masih mengalir. Makin sedikit pemakaian listrik kita, makin ringan juga kita membayar tagihan listrik. Hematnya bisa jadi lingkaran yang tak putus-putus. Ayo ah, berhemat dari sekarang, untuk masa depan yang lebih cemerlang.
Kamis, 01 Juli 2010
Langkah Hijau
Cara menghilangkan rasa malas adalah kita harus punya alasan yang sangat kuat, yaitu: Mencari nikmat dan Menghindari sengsara (Tung Desem Waringin)
Langganan:
Postingan (Atom)